Pangeran Jokotole




Jokotole dan adiknya bernama banyak Wedi lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan bathin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12). Jokotole diasuh dan dididik Empu Kelleng untuk menjadi manusia yang baik. Sejak dari Kanak-kanak Jokotole senang memperhatikan Mpu Kelleng saat bekerja membuat alat-alat pertanian dari besi. Ketika Jokotole ingin membantu ayah angkatnya, karena dikkawatirkan terkena api maka Mpu Kelleng melarangnya. Suatu ketika dikala Mpu Kelleng pergi istirahat, jokotole mencoba alat-alat dari besi, dan hasilnya ternyata bagus. Setelah Mpu Kellleng mengetahui hasil karya Jokotole, ia sangat gembira dan mengagumi hasil karya anak angkatnya. Disamping itu juga Jokotole membuat keris, kemudian keris hasil buatan Jokotole terkenal sebagai Jennengan Pakadangan.
Sebelum menjadi raja di Sumenep, Jokotole pernah membantu kerajaan majapahit dalam membuat pintu gerbang yang tidak seorang empu setanah jawa dan madura mampu membuatnya. Kecuali hanya jokotole yang mampu. Jokotole juga membantu kerajaan mojopahit memadamkan pemberontakan di Blambangan. Sehingga atas jasa jokotole, raja majapahit Prabu Kertabumi Brawijaya V menganugrahnya putrinya yang brnama R. Ayu Dewi Ratnadi untuk dijadikan istri. Selain itu jokotole diberi gelar yaitu, Arya Kuda Panole.
Jokotole menjadi raja Sumenep antara tahun 1415-1460 M dengan gelar Pangeran secodiningrat III. Perkawinannya dengan Raden Ayu Dewi Ratnadi putri Raja majapahit di karuniai putra dua orang. Yang tertua bernama Arya Wigananda, sedangkan yang kedua seorang perempuan yang dalam sejarah tidak diketahuai namanya. Namun dalam babad Sumenep diceritakan, bahwa putri Jokotole diperistri oleh R. Bendara Dwiryapada (Sunan Paddusan). Sedangkan Sunan Paddusan adalah putra  dari  Sunan  Manyuram  Mandalika  (Syd.  Haji  Usman).  Raden  Bendara Dwiryapada kemudian dikenal dengan nama Sunan Paddusan salah seorang penyebar agama Islam di Sumenep.
Ketika Sunan Paddusan memperistri putri Jokotole, kemudian dikaruniai dua orang putri, yang diantaranya bernama Nyai Malaka. Dan Nyai Malaka  sendiri setelah dewasa diperistri oleh Sultan Demak Raden Patah, dan dikaruniai keturunan Syd Haji Usman adalah Putra Kedua dari Syd. Ali Murtadha, Lihat Bindara Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di Dalamnya, (Sumenep; Barokah, 2010), yaitu, Pati Unus, R. Trenggono, Sekar Seda Lepen dan R. Aria Kaduruan (menjadi Adipati Sumenep) serta seorang putri yang diperistri oleh Sunan Gunung Jati.

DARTAR PUSTAKA

Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta: Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura, Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden yang ditulis pada tahun 1847 M
S.  Kartodirdjo,  M.D  Poesponegoro  dan  N  Notosusanto,  Sejarah  Nasional  Indonesia  II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.

Postingan terkait: