Adipodai (Panembahan Wirakrama) menggantiakn
orang tuanya menjalankan roda pemerintahannya di Sumenep. Namun sebelumnya
Adipodai memperistri R. Ayu Dewi Saini atau R. Ayu Potre Koneng, yaitu putri
dari R. Agung Rawit. Karena hasil dari perkawinan Bathin itulah, maka banyak
orang yang tidak percaya. Dan akhirnya, seolah-olah terkesan sebagai kehamilan
diluar nikah.
Akhirnya menimbulkan kemarahan kedua orang
tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal
yang aneh dan diluar dugaan. Karena
takut kepada orang tuanya maka kelahiran bayi R. Ayu Potre Koneng langsung
diletakkan di hutan oleh dayangya. Dan, ditemukan oleh Empu Kelleng yang
kemudian disusui oleh kerbau miliknya.
Adipodai memindahkan pusat pemerintahan yang
semula ada di Blingi Podai, dipindahkan ke daerah Nyamplong Podai. Perkawinan
Adipodai dengan R. Ayu Potre Koneng dikaruniai dua putra bernama Jokotole dan
Banyak Wedi. Dan pemerintahan Adipodai sendiri berlangsung antara tahun
1399-1415 M.23 Perjalanan waktu membuat usia dan aktifitasnya sebagai pemimpin
pemerintahan Sumenep mulai berkurang, sehingga unutk melanjutkan tahta
pemerintahan di Sumenep adalah putranya yang tertua, yaitu Jokotole. Sedangkan
adiknya yang bernama Banyak Wedi menjadi Adipati Gresik menggantikan Mertuanya.
DARTAR PUSTAKA
Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan
Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta:
Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura,
Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad
Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden
yang ditulis pada tahun 1847 M
S.
Kartodirdjo, M.D Poesponegoro
dan N Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia
II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.