Panembahan Notokusumo Asiruddin




Bandara Saod dengan isterinya yang pertama di Batu Ampar mempunyai 2 orang anak. Pada saat kedua anak Bindara Saod itu datang ke keraton memenuhi panggilan Ratu Tirtonegoro, anak yang kedua yang bernama Somala terlebih dahulu dalam menyungkem kepada Ratu sedangkan kakaknya mendahulukan menyungkem kepada ayahnya (Bindara Saod). Saat itu pula keluar wasiat Sang Ratu yang dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat menyatakan bahwa di kelak kemudian hari apabila Bindara Saod meninggal maka yang diperkenankan untuk mengganti menjadi Raja Sumenep adalah Somala. Setelah Bindara Saod meninggal 8 hari kemudian Ratu Tirtonegoro ikut meninggal tahun 1762, sesuai dengan wasiat Ratu yang menjadi Raja Sumenep adalah Somala dengan gelar Panembahan Notokusumo I.
Masa memerintah di Sumenep 1750-1811 M. Pada pemerintahan Asiruddin (Panembahan Semolo), dalam menjalankan sangat berhati-hati sekali takut sampai melanggar norma-norma agama serta merugikan rakyat. Musyarawarah dalam mencapai mufakat tetap dilakukannya dalam menjalankan setiap kebijakan demi kepentingan rakyat. Setelah cukup lama memimpin Sumenep, Panembahan Semolo mendirikan tempat tinggal di sebelah timur keraton yang lama milik dari R. Ayu Dewi Rasmana yang ada di desa Pajagalan, yang kemudia dikenal dengan istilah keraton Sumenep. Yang mana pembangunan  tersebut dilakukan  dan terselesaikanpada tahun 1780 M.
Panembahan Semolo yang pernah dididik dan dibesarkan di lingkungan pesantren, ketaatannya pada islam diwujudkan dalam membangun masjid yang dilakukan selama tahun 1778-1787 M, yang kemudian dikenal dengan Masjid Agung Sumenep. Dan dilanjutkan dengan pembangunan Asta Tinggi dengan menambah dan memberi pagar pada lokasi bagian timur  serta menyangkut penyempurnaan Asta Tinggi dengan menyempurnakan tatanan Penjaga Asta Tinggi dengan memberi tanah sebagi upah atau gaji.

DARTAR PUSTAKA

Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta: Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura, Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden yang ditulis pada tahun 1847 M
S.  Kartodirdjo,  M.D  Poesponegoro  dan  N  Notosusanto,  Sejarah  Nasional  Indonesia  II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.

Postingan terkait: