P. Panji Polang Jiwo dan P. Wirosari




R. Ayu artak diperisti oleh Pangeran Panji Polang Jiwo (R. Khas Kian). Sedangkan pada akhirnya Pangeran Panji Polang Jiwa menggantikan mertuanya Pangeran Yudhonegoro menjadi adipati sumenep, berpangkat tumenggung. Pemerintahan pangeran polan jiwa berlangsung antara  tahun 1672-1678 M, bersamaan dengan pemerintahan Pangeran Wirosari (Pangeran Seppo), karena pada waktu itu kerajaan sumenep diperintah oleh dua orang dalam waktu bersamaan.

Pangeran wiro sari adalah putra pangeran wegat sari penguasa pamekasan. Sedangkan pangeran megat sari sendiri adalah putra dari pangeran metro sari yang masih menantu pangeran cakraningrat I (R. Praseno). Pada awalnya pangeran wiro sari adalah penguasa pamekasan. Ia menggantikan pangeran megat sari orang tuanya yang telah berpulang kerahmatullah. Namun kemudian pangeran wiro sari menikah dengan salah satu putri pangeran Yudho Negoro penguasa sumenep, yang bernama R. Ayu Kacang. Ketika pangeran yudho negoro tidak efektif lagi dalam pemerintahan sumenep sepenuhnya, maka pangeran wono sari menggantikan mertuanya menjadi penguasa sumenep, yaitu antara tahun 1672-1678 M dengan gelar pangeran Seppo. Sedangkan daerah pamekasan digantikan kepada R. Gunung Sari (R. Deksana) dengan gelar pangeran Adikoro I atau lebih dikenal dengan sebutan pangeran gatot kaca yang juga menikah dengan putri pangeran Yudho Negoro yang bernama R. Ayu Otok.
Sistem pemerintahan pangeran wiro sari dan pangeran panji pelang jiwa yang sama-sama memerintah sumenep yang masih dibawah kekuasaan mataram, walaupun pada tahun  1680 M sumenep lepas dari kerajaan madura dan menjadi  kerajaan madura timur dengan pamekasan. Perwilayahan kerajaan madura pada tahun 1680 M dibagi menjadi tiga, yaitu: sumenep, pamekasan dan kerajaan madura barat yang meliputi Sampang, Blega, Arosbaya,(sekarang banggalan). Sedangkan kerajaan madura barat pusat pemerintahannya dikendalikan disampang.Ketika berpulang kerahmatullah, pangeran wirosari dikuburkan di Asta tinggi pada lokasi barat dikubah paling utara.

DARTAR PUSTAKA

Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta: Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura, Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden yang ditulis pada tahun 1847 M
S.  Kartodirdjo,  M.D  Poesponegoro  dan  N  Notosusanto,  Sejarah  Nasional  Indonesia  II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.

Postingan terkait: