Pemerintahan Aria Wirabaya berlangsung antara
tahun 1502-1559 M dengan gelar Pangeran Secodiningrat V.27 Keraton yang semula
ada di Gapura pada jaman pemerintahan Aria Wigananda, sertelah pemerintahan
Aria Wirabaya dipindahkan ke Parsanga yang masih kecamatan kota. Arya Wirabaya
adalah raja Sumenep yang mempunyai wajah tampan nan rupawan. Ketampanan Arya
Wirabaya yang terkenal mewarisi rupa kakeknya, yaitu Jokotole. Karenanya Arya
Wirabaya oleh banyak masyarakat kala itu diberi sebutan Pangeran Sumenep. Sehingga
banyak diantara putri raja-raja kerajaan lain yang sangat tertarik pada aria
Wirabaya untuk dijadikan pendamping hidupnya. Diantara yang suka akan
ketampanan Aria Wirabaya adalah ratu kerajaan Japan yang bernama R. Ayu Mas
Kumambang, yang masih bersaudara dengan neneknya R. Ayu Ratnadi istri Jokotole.
Akibat rasa cinta R. Ayu Mas Kumambang yang
ditolak oleh Aria Wirabaya sewaktu masih menjabat raja Sumenep, maka terjadilah
peperangan besar untuk menangkap Aria Wirabaya. Peperangan tersebutterjadi di daerah
Pore yang masih masuk kecamatan Lenteng. Pimpinan pasukan Japan yang ditunjuk
oleh R. Ayu Mas Kumambang untuk menyerang Sumenep adalah R. Aria Kanduruan,
yaitu putra Sultan Demak R. Patah. Dalam
peperangan tersebut pasukan Sumenep mengalami kekalahan, termasuk Aria Wirabaya
wafat dalam peperangan mempertahankan kehormatan kejayaan Sumenep. Karena
tempat wafat di dalam pertempuran Aria Wirabaya ada di desa Pore, maka ia
dikenal juga dengan sebutan Pangeran Siding Pore.
Dampak dari setelah selesainya peperangan
tersebut adalah terjadinya kekosongan pucuk pimpinan untuk dapat menjalankan
roda pemerintahan di Sumenep. Sehingga untuk mengisi kekosongan pimpinan
pemerintahan di Sumenep, maka mengutuslah R. Ayu Mas Kumambang kepada R. Aria
Kanduruan dengan berpangkat Tumenggung. Sebenarnya putra dari Aria Wirabaya
pada waktu itu masih kecil, sehingga di rasa belum pantas untuk memikul beban
dan tanggung jawab sebagai pemimpin negara. Apalagi setelah pasca peperangan
tersebut dianggapnya Sumenep termasuk daerah bahan kerajaan Japan.
DARTAR PUSTAKA
Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan
Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta:
Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura,
Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad
Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden
yang ditulis pada tahun 1847 M
S.
Kartodirdjo, M.D Poesponegoro
dan N Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia
II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.