Sejak pemerintahan pangeran Joharsari, agama
islam diperkirakan mulai masuk dan berkembang di Sumenep. Menurut keterangan
para ahli pengamat sejarah, bahwa pada sekitar tahun 1330-an, yaitu pada awal
pemerintahan pangeran Joharsari, telah datang seorang muballig Islam ke
Sumenep. Menurut cerita Babad Sumenep, muballig Islam tersebut dengan nama Rato
Pandita. Sedangkan menurut sejarah Wali Songo, muballig islam yang mula-mula
datang di Sumenep bernama Syd. Ali Murtadha atau lebih dikenal dengan sebutan
Sunan Lembayung Fadhal.
Pada pemerintahan pangeran Joharsari yang
memerintah Sumenep antara tahun 1319-1331 M, sudah memeluk agama islam.Karena
makam pangeran Joharsari di desa Tanah Merah Saronggi sudah menunjukkan
ciri-ciri kuburan Islam. Menurut tutur cerita, bahwa setelah masuk agama islam,
pangeran Joharsari merubah gelar menjadi panembahan. Hal ini dilakukannya
sebagai awal karena dirinya sebagai raja yang pertama kali memeluk agama islam
untuk contoh bagi rakyat Sumenep kala itu.
17Sayid Ali Murtadha adalah adik dari Sunan
Ampel yang mempunyai nama asli Raden
Rahmat. Sayid Ali Murtadha dan Sunan Ampel adalah kemenakan dari raja majapahit
yang bernama Kertawijaya. Menurut cerita tutur mereka berdua berasal dari
Campa. Dan disebutkan pula bahwa mereka berdua adalah putra dari raja Campa
Ibrahim Asmarakandi yang diutus ke Majapahit. Bahwa Syd. Ali Murtadha berlayar
menuju ke arah timur dan mendarat di pulau Sepudi. Kemudian Syd. Ali Murtadha
mendirikan pedukuhan sebagai pusat penyebatran agama islam di Sumenep.
Pemberian nama pulau Sepudi sebenarnya diambil dari bahasa Jawa, yaitu Sepul,
Dhewe. Yang artinya yaitu Sepuh (tua) Dhewe (sekali), artinya tua sekali atau
lebih awal masuknya agama islam di sumenep. Kuburan Syd. Ali Murtadha berada di
pulau Sepudi kabupaten Sumenep yang bernama Asta Nyamplong.
Walaupun kebijakan itu
juga diberikan kepada rakyatnya
untuk bebas memeluk agama lain yang diyakininya.
Panembahan Joharsari mempunyai putra bernama
Raden Pitutut (Pangeran Mandagara). Sementara keraton sebagai pengendali pusat
pemerintahan Sumenep tetap tidak mengalami perubahan, yaitu ada di Aeng
Nyeor.dua belas tahun panembahan Joharsari memerintah Sumenep, dan ketika telah berpulang ke Rahmatullah, maka
dipilihlah sebagi penerus tahta pemerintahan di Sumenep adalah putranya yang
bernama R. Pitutut.
DARTAR PUSTAKA
Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan
Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta:
Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura,
Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad
Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden
yang ditulis pada tahun 1847 M
S.
Kartodirdjo, M.D Poesponegoro
dan N Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia
II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.