R. Abdullah atau Pangeran Cokronegoro I
memimpin Sumenep antara tahun 1589-1626 M.30 R. Abdullah menikah dengan R. Ayu
Pacar dan diikaruniai putra bernama R. Bugan. Sedangkan R. Pandian saudara dari
R. Abdullah lebih memilih untuk mengabdikan hidup yang hanya sebentar untuk
kepentingan perkembangan agama Allah SWT, yaitu dengan jalan membuka pesantren
di Larangan Pamekasan.
Selang beberapa tahun R. Abdullah (Pang.
Cokronegoro I) memerintah Sumenep, Sultan Agung raja Mataram pada tahun 1623 M
menyerang seluruh kerajaan kecil yang ada di Madura, termasuk Sumenep. Namun
dalam penyerangan
yang pertama tersebut dapat dikalahkan oleh
pasukan madura. Akan tetapi dalam serangan yang kedua pada tahun 1624 M
sebagian kerajaan kecil di bagian Barat Madura dapat ditaklukkan. Seperti
Blega, Arosbaya dan Sampang dalam kekuasaan kerajaan Mataram. Pertempuran yang
dilakukan pasukan Mataram bergerak ke daerah Pamekasan, sehingga Pangeran
Pamekasan gugur dalam pertempuran bersama seluruh pasukannya di daerahnya
sendiri Pamekasan. Dan daerah Pamekasan jatuh dalam kekuasaan Mataram juga.
Pada tahun 1626 M, ketika R. Abdullah
didampingi orang tuanya R. Rajasa hendak melakukan kunjungan ke Demak, dalam
perjalanan di daerah Sampang di cegat oleh pasukan Mataram sehingga
mengakibatkan peperangan. Jumlah pasukan yang lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah pasukan Mataram, mengakibatkan pasukan Sumenep mengalami kekalahan. Pada
peristiwa pertempuran tersebut juga mengakibatkan R. Abdullah (Pang.
Cokronegoror I) dengan R. Rajasa orang tuanya gugur. Keduanya kemudian
dikebumikan di desa Palakaran Sampang. Tempat kedua makam Pangeran Sumenep yang
gugur dalam pertempuran melawan pasukan Mataram dinamakan Asta Pangeran
Sumenep.Sedangkan putra Raden Abdullah (Pang. Cokronegoro I) yang masih kecil
bernama R. Bugan dilarikan dan dititipkan kepada Sultan Cerbon.
Mendengar kabar wafatnya R. Abdullah (Pang.
Cokronegoro I) dan R. Rajasa dalam pertempuran melawan pasukan Mataram, maka
sisa kerabat yang masih hidup berangkat ke Demak untuk melaporkan tentang kejadian
dan keadaan yang menimpa Madura. Khususnya Sumenep setelah terjadinya
peperangan dan dikuasai oleh Mataram. Maka setelah menerima laporan dari
rombangan kerabat Sumenep, penguasa Demak keturunan R. Patah memerintahkan
putra adipati Jepara yang bernama R. Mas Pangeran Anggadipa menjadi Penguasa
sementara tahta pemerintahan di Sumenep pada tahun 1626 M dengan berpangkat
tumenggung.
DARTAR PUSTAKA
Bendara Akhamad, Lintasan Sejarah Sumenep dan
Asta Tinggi beserta Tokoh didalamya, Sumenep: Barokah, 2011.
H.J. Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta:
Grafitipress 1986.
Mien A. Rifai, Lintasan Sejarah Madura,
Surabaya: Yayasan Lebbur Legga 1993.
R. Werdisatra dan R. Sastra Widjaja, Bhabhad
Songennep, Balai Poestaka1921.
Reis Over Java, Madura and Bali, In Het Midden
yang ditulis pada tahun 1847 M
S.
Kartodirdjo, M.D Poesponegoro
dan N Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia
II,Jakarta: Balai Pustaka 1977.